1. PENDAHULUAN
Dalam PJPT II, sub sektor perikanan semakin dituntut dalam
mencukupi
kebutuhan protein hewani dari ikan. Selama ini produksi
perikanan laut
sebagian besar masih tergantung dari hasil
pemungutan/penangkapan dari
alam yang produksinya semakin menurun, dilain pihak dengan
meningkatnya
laju pertumbuhan penduduk kebutuhan protein akan terus
meningkat setiap
tahun. Oleh karena itu produksi perikanan perlu digali dari
2 (dua) sumber yaitu
penangkapan dan budidaya.
Salah satu komoditi ikan laut yang potensial dan sudah dapat
dibudidayakan
adalah ikan beronang (Siganus sp). Dari hasil
penelitian ternyata komoditi
beronang mempunyai nilai yang menguntungkan sebagai berikut:
a. Ikan beronang merupakan makanan yang enak dan gurih dan
disukai banyak
orang sehingga pemasaran ikan ini cukup baik.
b. Ikan ini umumnya "primary herbivor"
yaitu pemakan plankton nabati
tumbuhan dan juga memakan makanan buatan.
c. Selama musim-musim tertentu benih beronang dapat
diperoleh dalam jumlah
banyak.
d. Ikan beronang mempunyai toleransi besar terhadap
salinitas dan suhu.
e. Mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan pertumbuhan yang
cepat.
f. Ikan ini sudah dapat dipijahkan di dalam laboratorium
sehingga prospek
pembenihan dari hatchery cukup baik.
g. Ikan beronang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi
baik untuk
konsumsi dalam maupun luar negeri, terutama yang ada
telurnya selama
tahun baru cina.
h. Teknologi pembesaran ikan beronang sudah dikuasai.
Mengingat budidaya ikan beronang relatif baru dikenal
masyarakat, maka
petunjuk teknis ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
yang berminat
melakukan usaha budidaya beronang.
2. BIOLOGI
1) Diskripsi dan Taksonomi
Ikan beronang dikenal oleh masyarakat dengan nama yang
berbeda-beda
satu sama lain seperti di Pulau Sribu dinamakan kea-kea, di
Jawa Tengah
dengan nama biawas dan nelayan-nelayan di Pulau Maluku
menamakan
dengan sebutan samadar.
Ikan beronang termasuk famili Siginidae dengan tanda-tanda
khusus sebagai
berikut D XIII, 10 A VII, 9, P2 I, 3, 1, tubuhnya membujur
dan memipih latural,
dilindungi oleh sisik-sisik yang kecil, mulut kecil
posisinya terminal.
Rahangnya dilengkapi dengan gigi-gigi kecil. Punggungnya dilengkapi
oleh
sebuah duri yang tajam mengarah ke depan antara neural
pertama dan
biasanya tertanam di bawah kulit. Duri-duri ini dilengkapi
dengan kelenjar
bisa/racun pada ujungnya.
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai
berikut.
Kelas:
- Dada : Percipformes
- Sub dada : Acanthuroidei
- Famili : Siganidae
- Genus : Siganus
- Species : Siganus spp.
2) Kebiasaan Makanan
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran pencernaannya
yaitu mulutnya
kecil, mempunyai gigi seri pada masing-masing rahang, gigi
geraham
berkembang sempurna, dinding lambung agak tebal, usus
halusnya panjang
dan mempunyai permukaan yang luas, ikan beronang termasuk
pemakan
tumbuh-tumbuhan, tetapi kalau dibudidayakan ikan beronang
mampu
memakan makanan apa saja yang diberikan seperti pakan
buatan.
3) Penyebaran
Penyebaran ikan beronang ini cukup luas, tetapi penyebaran
setiap species
sangat terbatas seperti yang terdapat di LON LIPI daerah
penyebaran setiap
species sebagai berikut:
a. Siganus guttatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang Deli;
Jawa : P. Seribu, Cirebon, Balay, Surabaya;
Kalimantan : Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo, Manado, Selayar;
Maluku : Seram, P. Obo, Ternate, Ambon, dsb.
b. Siganus canaculatus penyebarannya di :
Sumatera : Padang;
Jawa : Ujung Kulon, Teluk Banten, P. Seribu;
Maluku : Ternate, Bacan.
c. Siganus vulpinus penyebarannya di :
Kalimantan : Birabirahan;
Sulawesi : Masalembo, Ujung Pandang, Manado;
Maluku : Ternate, Kajoa, Ambon, Seram;
Irian : Manokwari.
d. Sirganus virgatus penyebarannya di :
Sumatera : Pariaman, Padang, Bangka, Belitung;
Jawa : P. Seribu, Bawean;
Kalimtan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.
e. Siganus corallinus penyebarannya di :
Sumatera;
Jawa;
Nusa Tenggara;
Sulawesi;
Maluku.
f. Siganus chrysapilos penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Kalimantan : Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Manado, Slayar;
Nusa Tenggara : Sumbawa;
Maluku : P. Obi, Roti, Ambon dan sekitarnya.
g. Siganus spinus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Tapak Tuan;
Jawa : P. Serinu, Pacitan, Karang Bolong, Prigi;
Sulawesi : Ujung Pandang. Bajo, Manado;
Nusa Tenggara, Timor;
Bali;
Maluku dan sekitarnya.
h. Siganus vermiculatus penyebarannya di :
Sumatera : Bengkulu, Padang, Sibolga, Nias;
Jawa : P. Seribu, Semarang;
Kalimantan : Balik Papan dan Sundakan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bulukumba, Manado, Sangihe;
Maluku : Halmahera, Morotai, Ternate, Bacan, Ambon;
Nusa Tenggara, Timor.
i. Siganus puellus penyebarannya di :
Jawa :P. Seribu;
Sulawesi : Ujung Pandang;
Maluku dan sekitarnya.
j. Siganus javus penyebarannya di :
Sumatera : Deli, Sibolga, Bengkulu, Bangka, Belitung;
Jawa : Jakarta, Cirebon, Semarang, Jepara, Surabaya,
Pasuruan, madura;
Kalimantan : Stagen, Balik Papan;
Sulawesi : Ujung Pandang, Bajo.
k. Siganus lineatus penyebarannya di :
Maluku : Ternate, Morotai, Ambon dan sekitarnya.
3. TEKNOLOGI BUDAYA
1) Persyaratan Lokasi Budidaya
Untuk mencapai produksi jenis komoditas budidaya laut secara
optimal
memerlukan kecermatan dalam penentuan lokasi budidaya yang
akan
dikembangkan serta kecocokan metoda yang digunakan. Dalam
hal ini,
pemilihan lokasi untuk budidaya ikan di laut harus akan
mempertimbangkan
dari aspek teknis dan non teknis.
Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan
meliputi:
a. Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari
pengaruh angin/musim
dan gelombang, hal ini untuk mengamankan/melindungi
salinitas
budidaya.
b. Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus
antara 20 ~ 40
cm/detik, apabila kecepatan arus kurang mengakibatkan
penyediaan air
kurang dan O2 yang di supplay juga akan berkurang dan
sebaliknya
apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan ikan akan
terganggu
sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar
untuk
melawan arus.
c. Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi
baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga.
d. Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara
lain ikan-ikan
besar dan buas, binatang yang selain potensial dapat
mengganggu
(predator).
e. Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan
kualitas air
yang baik untuk pertumbuhan ikan seperti :
- Kadar garam berkisar antara 27 ~ 32 ppt.
- Suhu air berkisar antara 28 ~ 320C.
- O2 (oksigen) berkisar antara 7 ~ 8 ppm.
- Nitrat 0,9 ~ 3,2 ppm dan phospat 0,2 ~ 0,5 ppm.
f. Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan
dengan
usaha budidaya yang meliputi sarana jalan, telpon, listrik,
sumberdaya
manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan harus dalam
jumlah yang
cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya
mudah
diperoleh.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan
sektor-sektor
yang berkaitan dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam
hubungan
dengan kepentingan sektor lain seperti pariwisata,
pelayaran, dll.
2) Sarana produksi
Metoda budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan
metoda
Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya
ikan yang
terbuat dari bahan jaring yang digantungkan pada kerangka
(rakit) di laut.
a. Desain Konstruksi Keramba Jaring Apung
Keramba Jaring Apung terdiri dari komponen rakit apung,
kurungan,
pelampung dan jangkar. Cara pembuatan masing-masing komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
- Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan
terlebih dahulu
membuat kerangka sesuai dengan ukuran yaitu 8 x 8 m.
Kerangka ini
berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang berbentuk
segi
empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan
tetapi secara
ekonomi setiap unti dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah
kurungan.
Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan diberi
jangkar
sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa
arus.
Gambar 1. Kerangka Rakit
- Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang
terbuat
dari bahan polyethilen (PE) D. 18 dengan lebar mata jaring
antara 0,75
~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk
kerangka rakit yaitu
empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang
telah
siap dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara
mengikat ke
empat sudut bagian atas pada setiap sudut kerangka. Pola
pembuatan
kurungan dan cara pengikatan dapat dilihat pada gambar 2 dan
gambar
3 dan agar kerangka jaring apung tetap terbentuk bujur
sangkar, maka
pada sudut bagian bawah jaring diberi pemberat.
Gambar 2. Pola Pembuatan Kurungan Apung
Gambar 3. Cara Pengikatan Jaring
Gambar 4. Kurungan Telah Dipasang pada Rakit
- Pelampung
Untuk mengapungkan sarana budidaya termasuk rumah jaga
diperlukan pelampung. Pelampung dapat digunakan drum plastik
volume 200 liter. Dan untuk menahan rakit diperlukan
pelampung
sebanyak 12 buah. Pelampung diikat dengan tali polyethelene
(PE)
yang bergaris tengah 0,8 ~ 1,0 cm.
Gambar 5. Penempatan dan Pemasangan Pelampung Pada Kerangka
Rakit
- Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak
bergeser
dari tempatnya akibat pengaruh arus dan angin ataupun
gelombang.
Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan jangkar 4 buah
yang
terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar
biasanya 1,5
kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
Gambar 6 Pengaturan dan Pemasangan Jangkar
b. Benih
- Persyaratan Benih
Benih yang digunakan untuk budidaya perlu diperhatikan dan
diseleksi
benih yang betul-betul sehat. Benih yang sakit akan
terhambat
pertumbuhannya dan lebih berbahaya lagi adalah penularannya
ke ikan
di dalam wadah budidaya.
Berdasarkan pengamatan visual secara umum benih yang sehat
antara
lain adalah :
* Bentuk badan normal/tidak cacat/tidak sakit;
* Gerakan ikan lincah;
* Mempunyai respon yang tinggi terhadap pakan yang
diberikan.
- Penyediaan Benih
Sampai saat ini benih ikan beronang yang digunakan dalam
usaha
budidaya berasal dari hasil penangkapan di alam. Benih ikan
beronang
dapat diperoleh dalam jumlah besar pada saat musim puncak
benih.
Untuk setiap jenis beronang musim puncaknya akan berlainan
setiap
lokasi.
Penyediaan benih ikan beronang secara massal dari hatchery sampai
saat ini masih dalam pengkajian walaupun pemijahan untuk
beberapa
jenis sudah berhasil dilakukan.
- Penanganan dan Transportasi Benih
Benih ikan beronan sangat peka terhadap perubahan lingkungan
seperti suhu dan salinitas, sehingga penanganan benih ikan
beronang
sangat perlu dijaga hati-hati.
Pada saat pemindahan benih dari suatu wadah ke wadah lain
harus
selalu diambil bersama airnya. Pemindahan benih dapat
dilakukan
sehari setelah pengumpulan dan cukup memberikan istirahat
bagi ikan
dan untuk perlakuan selanjutnya disarankan untuk menggunakan
seser
yang tidak cekung untuk menghindarkan luka-luka di kulit
akibat
persentuhan benih satu sama lain.
Pengangkutan benih ikan beronang untuk jarak dekat dapat
digunakan
keramba dengan anyaman bambu yang halus dan diapungkan di
air.
Keramba diseret perlahan-lahan menuju tempat budidaya. Dan
untuk
jarak jauh dapat digunakan kantong-kantong plastik atau
periuk-periuk
tanah.
Benih ikan beronang dengan perlakuan baik dan aklimasi yang
cukup
dapat ditransportasi sampai maksimum 48 jam.
c. Pakan
- Persyaratan Pakan
Salah satu faktor yang sangat penting menentukan pertumbuhan
ikan
yang dipelihara adalah faktor ketersediaan pakan yang cukup
baik
kualitas maupun kuantitas sehingga harus diperhatikan
sebaik-baiknya
yaitu harus memenuhi komposisi dan jumlah nutrient/zat makanan
yang
dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Pakan yang diberikan
sebaiknya
yang masih baru (pellet) dan segar (ikan rucah).
- Penanganan Pakan
Untuk menjaga kualitas pakan yang diberikan untuk budidaya
ikan
beronang perlu diperhatikan penanganan terhadap pakan yang
digunakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan
pakan
antara lain adalah tempat penyimpanan pakan harus bersih dan
kering.
3) Teknologi Budidaya
a. Pola Produksi
Dalam usaha budidaya ikan laut pengaturan pola tanam perlu
disesuaikan
dengan ketersediaan seperti (benih, pakan) dan pengaruh dari
musim
serta ketersediaan pasar. Untuk itu dalam kegiatan budidaya
ikan di laut
setiap lokasi akan berbeda sesuai dengan kondisi setempat.
Dalam pengaturan pola tanam yang berhubungan daya serap pasar
alternatif pola tanam adalah setiap KK adalah melakukan
penanaman
pada 1 unit karamba jaring apung yang terdiri dari 4 buah
jurungan dan
penebaran benih dapat dilakukan selang 3 hari - 1 minggu
setiap KK atau
tergantung dari daya serap pasar.
b. Cara Penebaran Benih
Benih sebelum ditebarkan perlu diaklimasikan terlebih dulu,
kemudian
secara perlahan-lahan ditebarkan ke dalam wadah budidaya.
Penebaran
benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
c. Cara Pemberian Pakan
Jenis pakan yang digunakan pada budidaya ikan beronang
adalah pellet
kering dengan jumlah sebanyak 2% dari berat badan ikan
setiap hari.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi,
siang dan
sore hari.
Konversi pemberian pakan dengan menggunakan pellet biasanya
1 : 4
yang berarti untuk memperoleh berat ikan 1 kg dibutuhkan
pellet
sebanyak 4 kg.
d. Penanganan Hasil
Panen ikan beronang dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 ~
6 bulan
setelah penebaran. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
:
- Panen sebagian, dilakukan dengan cara memanen ikan yang
telah
berukuran tertentu tergantung kebutuhan pasar dengan
menggunakan
serok/lampit/alat angkap.
- Panen seluruhnya, dilakukan dengan cara memanen hasil
budidaya
sekaligus dengan cara menarik/mengangkat sebagian jaring ke
arah
suatu sudut sehingga akan terkumpul pada suatu tempat dan
kemudian
diambil dengan menggunakan serok/lambit/alat tangkap dengan
berhati-hati agar ikan tidak mengalami luka/cacat. Panen
sebaiknya
dilakukan pada saat udara sejuk.
4) Manajemen Budidaya
Permasalahan yang sering ditemui pada pemeliharaan ikan di
laut dengan
jaring apung adalah pengotoran/penempelan oleh organisme
penempel pada
sarana yang digunakan seperti kerangka, rakit, kurungan
apung dan
pelampung. Penempelan organisme tersebut akan mengganggu
pertukaran
air dan menyebabkan kurungan bertambah berat.
Untuk menanggulangi organisme penempel ini maka perlu
dilakukan
pembersihan terutama kurungan secara periodik paling sedikit
1 bulan sekali
atau tergantung pada banyak sedikitnya organisme penempel.
Sedangkan
untuk pembersihan kurungan dilakukan dengan menyikat atau
dengan
menggunakan mesin semprot jaring.
5) Hama dan Penyakit
a. Hama
Hama yang sering mengganggu budidaya ikan beronang laut
adalah
berupa hewan/binatang atau pengganggu lainnya seperti burung
dan
lingsang. Hama dapat menyerang dan membuat kerusakan pada
kurungan ikan. Penanggulangan hama dapat dilakukan dengan
cara
menutup bagian atas kurungan dengan jaring serta
memagar/melingkari
kurungan. Selain itu gangguan karena pencurian oleh manusia
perlu juga
diwaspadai.
b. Penyakit dan Pencegahannya
Untuk mengetahui jenis penyakit dan cara pencegahannya
diperlukan
diagnosa gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan yang
dibudidayakan
dapat dilihat/diamati dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Ada kelainan tingkah laku : salah satu atau beberapa ikan
keluar dari
kelompoknya dan cara berenangnya miring atau "driving"
(ikan yang
berada di permukaan langsung menuju dasar dengan cepat).
Gejala
demikian biasanya disebabkan oleh beberapa penyakit, antara
lian :
penyakit insang, penyakit sistem saraf otak, keracunan bahan
kimia
logam berat, dan kekurangan vitamin.
- Ikan tidak mau makan : perhatikan sudah berapa lama
keadaan ini
terjadi, penyebabnya adalah : penyakit diabetes (oxydized
fatty),
kelebihan mineral yang berasal dari pakan dan kebosanan yang
terjadi
karena persediaan pakan sedikit.
- Ada kelainan pada bentuk ikan : hal ini terjadi pada
rangka ikan dan
permukaan tubuh ikan.
- Mata tidak normal : disebabkan oleh bakteri dan
parasit tremotoda
Giganea sp.
Untuk organ tubuh bagian dalam gejala penyakit dapat terjadi
pada :
Insang : Hilang beberapa bagian, disebabkan kekurangan darah
dan
keracunan, atau parasit yang berupa ciliata dan monogenik.
Otak : Terjadi pendarahan dan TBS, disebabkan oleh parasit
Myxosporadia, Giganea sp, Streptococcus sp, dan Nocardia
sp.
Jantung : Menjadi tebal dan membesar, disebabkan oleh
bakteri klas
Mycospradia, membran jantung membesar karena diserang
bakteri Streptococcud spp.
Hati : Membesar atau mengecil, warna hijau/kuning,
disebabkan
oleh perubahan kadar lemak (fatty change liver desease).
Jamur yang berasal dari pakan yang terkontaminasi dapat
menyebabkan hati mengalami pendarahan, keras, mudah
pecah.
Lambung : Menjadi kembung, luka dan berlobang, disebabkan
oleh
parasit yang termasuk klas Cestoda.
Usus : Luka, pendarahan, keluar dari anus dan vibriosis,
disebabkan oleh parasit dalam klas Nematoda, Trematoda,
Cestoda dan Acanthocephala.
Limpa : Menjadi besar/kecil dan kekurangan darah, disebabkan
oleh
adanya penyakit di bagian lain.
Otot : Warna tidak jelas/putih, terjadi pendarahan,
disebabkan oleh
bakteri Nacordia sp atau serangan parasit Microsporidae.
c. Penanganan Ikan Sakit
Penanganan terhadap ikan sakit dapat dibagi atas dua langkah
yaitu :
- Berdasarkan teknik budidaya :
Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain adalah :
* Menghentikan pemberian pakan pada ikan;
* Mengganti makanan dengan jenis lain;
* Mengkelompokkan ikan menjadi kelompok-kelompok yang
kepadatannya/ densitasnya rendah;
* Bila mungkin ikan-ikan dipanen, daripada menjadi wabah
bagi ikan
yang lain.
- Berdasarkan terapi kimia :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah :
* Memeriksa kepekaan dari masing-masing obat yang akan
digunakan;
* Memeriksa batas dosis yang aman untuk masing-masing obat
agar
tidak terjadi "over dosis";
* Menjaga agar obat tidak terkontaminasi oleh bakteri;
* Memperhatikan keterangan yang dikeluarkan oleh pabrik obat
tersebut.
d. Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat yang akan digunakan dapat ditentukan
sendiri
dengan memperhatikan bentuk obat, jumlah ikan yang terkena
penyakit,
kondisi dan sarana yang dimiliki di lapangan (tempat
budidaya).
Ada beberapa cara pemberian obat yang dapat digunakan, yaitu
:
- Ditenggelamkan dalam tempat budidaya;
- Disebarkan pada permukaan;
- Dicampurkan dalam pakan;
- Dengan cara injeksi.
Pada ikan beronang biasanya banyak kedapatan parasit jenis
monogenetik trematoda pada bagian insangnya, parasit ini
dapat
dilepaskan dengan mengunakan "dipterex"
(organoposfat, sinonim : Dylox,
Masoten, Neguvon) dengan dosis sebesar 30 ppm selama 8 - 16
m enit
dan 50 ppm selama 4 - 5 menit. Percobaan ini hasilnya
positif, dengan
tingkat kematian ikan beronang sampai 0%.
Waktu dan dosis obat yang diberikan perlu diperhitungkan
dengan hatihati
agar tidak terjadi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan
kematian pada ikan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa
jumlah dosis
yang digunakan. Di bawah ini diberikan beberapa dosis yang
mematikan
terhadap beberapa jenis ikan beronang.
Tabel 4. Dosis Dipterex yang mematikan terhadap beberapa
jenis ikan beronang
(Tanaka dan Basyari, 1982).
No.
|
Jenis Ikan Panjang Total
|
Rata-rata (cm)
|
Konsentrasi
Dipterex (ppm)
|
Waktu
(menit)
|
1
|
S. canaliculatus
|
3
|
30
|
39
|
2
|
S. canaliculatus
|
8-12
|
50
|
9
|
3
|
S. guttatus
|
3
|
30
|
49
|
4
|
S. guttatus
|
5-8
|
50
|
9
|
5
|
S. javus
|
3
|
50
|
4
|
6
|
S. javus
|
3
|
30
|
28
|
7
|
S. javus
|
9-11
|
50
|
9
|
8
|
S. javus
|
15
|
30
|
15
|
e. Pencegahan penyakit
Untuk mencegah agar ikan yang dibudidayakan tidak terkena
penyakit
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Menjaga kebersihan tempat budidaya;
- Menjaga lingkungan/tidak tercemar oleh limbah industri dan
bahanbahan
kimia pertanian;
- Memeriksa jenis pakan yang akan diberikan dan hindarkan
kontaminasi
jamur;
- Lakukan vaksinasi bagi ikan yang sehat.