5 Metode Pengairan Hidroponik untuk Pemula


Hidroponik adalah salah satu metode budidaya tanaman dan pertanian yang sepenuhnya menggunakan air sebagai media tanamnya. Metode ini dianggap mempunya banyak keunggulan dibandingkan metode tanaman konvensional, salah satunya, karena tidak menggunakan tanah sebagai media tanamnya, petani sama sekali tidak perlu melakukan penyiraman.

Dengan metode ini pula, petani bisa mendapatkan hasil tanaman yang lebih organik. Dan seperti diketahui bersama, harga jenis hasil tanaman yang dirawat dengan menggunakan teknik organik lebih lumayan dibandingkan dengan metode konvensional saja.

Tapi, meski sudah populer sebagai satu metode tanam. Beberapa orang, terutama mereka yang masih pemula belum mendapatkan gambaran secara umum tentang bagaimana sebuah konsep pertanian hidroponik dijalankan. Faktor kunci, karena menggunakan air sebagai media tanam, sudah barang tentu, sistem pengairan harus tertata secara benar. Berikut ini, disajikan tentang 5 metode pengairan hidroponik yang umum diaplikasikan;

1.      DFT (Deep Flow Technique)

Sesuai dengan namanya, teknik ini dilakukan dengan melakukan perendaman pada bagian akar tanaman dengan ketinggian air berkisar hingga 30 cm. Teknik ini tak bisa dilakukan untuk semua jenis tanaman, sebab dengan ketinggian tersebut maka akar tanaman akan terendam terlalu dalam, tipe tanaman berakar pendek akan membuat batang tanaman terpapar air terus menerus sehingga menyebabkan pembusukkan.

2.      NFT (Nutrient Film Technique)

Teknk kedua dan banyak dipakai adalah nutrient film technique. Diterapkan dengan menggunakan sekam dalam pot yang lalu pot tersebut dilubangi di bagian tertentu dan diletakkan pada aliran air. Untuk teknik NFT ini tanaman tidak terpapar air, tetapi hanya wadahnya saja.

3.      Contra Flow (Pasang Surut)

Untuk teknik ini petani hidroponik masih memerlukan penyiraman. Aliran air dari penyiraman inilah yang nantinya akan mengalir ke bagian lain dari sistem pipa yang dibuat. Akibatnya, tentu tanaman tak selalu basah, ada masa ketika tanaman kering.

4.      Pressure (Perbedaan Tekanan)

Untuk metode yang keempat, tanaman seperti kangkung juga selada sangat pas untuk ditanam dengan cara ini. Mengadopsi teknik seperti pada tempat minum ayam, perbedaan tekanan akan memberikan ruang tanam aliran air sewaktu-waktu ketinggian air berkurang.

5.      Tetes (Drip)

Sebuah selang berisi air nutrisi ditanam pada bagian pot tanaman bila pakai teknik ini. Aliran air pada selang akan menetes ke bagian media tanam sehingga tanaman seperti disirami. Cocok untuk jenis tanaman yang tidak mungkin tergenang air dalam jangka waktu panjang seperti misalnya cabai, tomat ataupun mentimun.

Tiap-tiap teknik hidroponik mempunyai tingkat kesulitan berbeda-beda. Masing-masing pun perlu penanangan yang tepat agar bisa berjalan sesuai dengan sistem dan harapan petani. Bila sudah berhasil sudah pasti tanaman akan memberikan hasil optimal.