Indonesia dikenal
sebagai negara dengan corak kultur agragris dan maritim. Dengan demikian,
Indonesia secara langsung diakui sebagai sebuah negara yang mengengam erat tradisi
pertanian sekaligus kelautan yang kuat.
Dengan fakta ini,
sejak dulu kala, berbagai metode bertani sudah dikembangkan. Metode-metode ini
mulai dari tata cara pengelolaan lahan, pembenihan, teknologi pengairan serta
metode lain yang kesemuanya ditujukan untuk membawa dampak positif terhadap
kegiatan pertanian.
Salah satu metode
pertanian alternatif yang sebenarnya sudah dikembangkan sejak masa lalu tapi
kembali dilirik oleh pebisnis agro juga para petani adalah metode pertanian
mina padi.
Metode ini dijalankan
dengan mengintegrasikan antara budidaya perikanan juga pertanian padi dalam
satu lahan. Mina padi dilirik sebagai jalan untuk mendapatkan keuntungan multi
dari satu petak lahan.
Beberapa sumber
menyebutkan mina padi mampu meningkatkan keuntungan pasca panen. Sebab tentu
saja dalam satu lahan ada dua komoditas, yaitu komoditas pertanian dan satunya
komoditas perikanan.
Tercatat, bila
metode pertanian dengan hanya bertanam padi keuntungan per 1000 meternya
berkisar antara 1,5 sampai 2 juta rupiah. Sementara bila diterapkan dengan
metode mina padi hasilnya bisa smapai 4 hingga 5 jutaan. Artinya setiap kali
panen petani bisa mendapatkan keuntungan hampir 3 kali lipat dari metode biasa.
Selain keuntungan
yang meningkat juga ada beberapa keuntungan lainnya. Salah satunya adalah
kebutuhan akan pupuk kimia berkurang. Sebab kotoran ikan yang ditebar bersamaan
dengan padi yang ditanam disawah menjadikan padi tumbuh dengan subur.
Keunggulan lainnya,
beras dari hasil padi yang ditanam dengan sistem integrasi semacam ini setelah
dilakukan penelitian lebih rendah kadar glukosanya. Beras yang semacam ini
lebih aman untuk dikonsumsi penderita diabetes.
Selain itu petani
masih bisa menggandalkan hasil panen perikanan bilamana padi mengalami gagal
panen akibat diserang hama. Untuk dicatat, padi yang ditanam dengan metode mina
padi lebih bebas hama, sebab wereng atau tikus yang umum merusak padi enggan
sebab ada kolam ikan yang dibuat cukup dalam.
Tapi, meski
menguntungkan metode ini tak banyak dijalankan petani padi di Indonesia.
Alasannya tata kelola lahan yang lebih rumit.
Sebab harus dibuat
kolam dalam disamping lahan padi seperti yang umum ditemui.
Selain itu pula,
suplai air ke kolam juga harus terus dipastikan agar jangan sampai mengalami
kekeringan. Tak pelak, petani butuh lebih sering mengontrol lahannya.
Bukan hanya itu,
pengawasan terhadap lahan juga harus terus dilakukan. Selain mengingat air
kolam bisa saja surut dan menjadikan matinya ikan, petani juga harus waspada
terhadap pencurian ikan. Untuk pelaksanaan, salah satu tempat dimana model
pertanian mina padi banyak diterapkan dan bahkan terdapat Gabungan Kelompok
Tani Mina Padi, ada di daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.