SYARAT TUMBUH TANAMAN PADI
1. Tanaman
Padi Sawah
a. Iklim
Tanaman padi
dapat hidup di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah
hujan rata-rata 200 mm per bulan, dengan distrubusi selama 4 bulan,
curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 o C. Tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi sekitar 0-1500 m dpl.
b. Tanah
Tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan
fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan
air dalam jumlah yang cukup.
Padi dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm dengan PH
antara 4-7.
2. Tanaman
Padi Gogo
a. Iklim
Padi gogo tumbuh
baik di daerah dengan curah hujan 875 - 1000 mm per 3,5 - 4
bulan. Di Indonesia, curah dan periode hujan bervariasi, tidak hanya antar
daerah tetapi juga di daerah itu sendiri. Curah hujan tahunan sebesar 1000 mm
atau 200 mm/bulan selama pertumbuhan cukup memadai bagi tanaman padi gogo untuk
berproduksi.
Curah hujan
kurang dari 200 mm/bulan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Adakalanya
curah hujan harian menjadi lebih penting dibandingkan curah hujan bulanan atau
tahunan. Curah hujan harian 200 mm menyebabkan tanaman mengalami stress karena
kondisi lahan yang terlalu lembab ( moisture stress), dan tanaman menderita
kekeringan bila tidak ada hujan selama 20 hari.
Padi gogo yang
tumbuh pada musim berawan dan suhu 24-250C umumnya memberikan hasil
yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan, makin tinggi intensitas
cahaya matahari pada saat
tanaman dalam pase reproduktif sampai pemasakan gabah, makin baik hasil padi
gogo. Dilain pihak, intensitas cahaya matahari yang diharapkan mencapai 16,5 kcal/cm2 pada
pase pengisian sampai pase pemasakan gabah jarang terjadi.
b. Tanah
Karakteristik
lahan pada daerah pertanaman padi gogo cukup beragam sebagaimana halnya kondisi
iklim. Tekstur tanah bervariasi dari pasir sampai liat, pH (kemasaman tanah)
3-10, kandungan bahan organik 1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan
nutrisi bervariasi dari defisiensi akut sampai berlimpah.
Tekstur tanah
mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi sifat lainnya, kecuali tofografi.
Tekstur tanah merupakan hal yang penting di areal pengembangan padi gogo yang
tidak punya pengikat untuk menahan kelembaban. Profil tekstur tidak hanya
dilapisan atas, tetapi juga di lapisan bawah. Jika bagian bawah tanah mempunyai
cukup liat, maka fungsi tekstur lapisan atas menjadi berkurang.
Tanah grumusol
dan andosol sangat peka erosi, sementara tanah mediteran merah-kuning dan
regosol peka erosi. Litosol yang mempunyai solum dangkal dan biasanya
berasosiasi dengan regosol, mediteran, dan grumusol dapat dikategorikan sebagai
jenis tanah yang telah tererosi. Tanah aluvial berada di bagian lembah dan tidak
terancam erosi. Tanah Planosol pada dataran rendah yang berombak mempunyai
kesuburan rendah dan berpeluang tererosi. Di antara jenis tanah tersebut hanya
latosol yang tahan erosi.
3. Tanaman
Padi Rawa Pasang Surut
Budidaya padi di lahan pasang surut/rawa memerlukan
teknologi dan sarana produksi yang spesifik karena kondisi lahan dan lingkungan
tumbuhnya tidak sama dengan sawah irigasi. Lahan pasang surut berbeda dengan
lahan irigasi atau lahan kering yang sudah dikenal masyarakat. Perbedaanya
menyangkut kesuburan tanah, ketersediaan air dan teknik pengelolaannya.
Pengelolaan tanah dan air ini merupakan kunci keberhasilan usaha tani di lahan
pasang surut. Dengan upaya yang sungguh-sungguh lahan pasang surut ini dapat
bermanfaat bagi petani dan masyarakat luas. upaya yang sungguh-sungguh lahan
pasang surut ini dapat bermanfaat bagi petani dan masyarakat luas.
a. Iklim
Keberhasilan budidaya padi di lahan rawa lebak sangat
tergantung pada iklim, khususnya pada pola curah hujan, karena pada umumnya
lahan rawa lebak sering mengalami kebanjiran. Kejadian banjir seringkali sulit
diprediksi. Oleh karena itu, dalam budidaya padi di lahan rawa lebak, penentuan
waktu tanam yang tepat sangat penting agar tanaman terhindar dari genangan.
Pada saat curah hujan tinggi penurunan air terjadi secara lambat. Pada musim
ini, keterlambatan tanam beresiko saat panen akan terjadi genangan air yang
tinggi. Antisipasinya, diperlukan penggunaan varietas yang berumur pendek, agar
pada saat panen belum terjadi genangan air.
b. Tanah
Lahan rawa merupakan lahan marginal yang rapuh dan memiliki
keragaman kondisi biofisik. Masalah biofisik utama dalam pengembangan pertanian
di lahan pasang surut antara lain genangan air, tingginya kemasaman tanah (pH
tanah rendah), terdapat kandungan zat beracun (Al, Fe, H2S dan Na), kandungan
bahan organic rendah, kahat unsur hara, khususnya P, Ca, dan Mg dan kandungan Al, Fe, dan Mn tinggi.
Kendala lainnya dalam budidaya padi di lahan rawa adalah penyakit tanaman,
seperti Hawar Daun Bahteri (HDB), dan busuk pelepah.
Ekosistim lahan rawa memiliki sifat khusus terutama
disebabkan karena kondisi airnya. Berdasarkan kondisi airnya, lahan rawa
dibedakan dalam dua kelompok yaitu lahan rawa pasang surut dan lahan rawa
lebak. Lahan rawa pasang surut yaitu lahan yang airnya dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut atau sungai. Sedang lahan rawa lebak yaitu lahan yang airnya
dipengaruhi oleh hujan baik yang turun di wilayah setempat atau yang berasal
dari daerah sekitar dan hulu.
Faktor air dan kesuburan tanah yang menjadi faktor pembatas
utama budidaya padi sawah di lahan rawa sehingga hasilnyapun rendah (3-4 ton
GKP/ha). Secara umum tanah rawa mempunyai pH rendah, kelarutan Fe,Al dan Mn
tinggi, ketersediaan unsure hara makro (N, P dan K) dan mikro rendah. Kendala
ini dapat diatasi dengan memberikan pembenah tanah (soil amelioration) seperti
kapur/dolomite, serta aplikasi pupuk N, P dan K dengan mengacu tiga tepat
(dosis, cara dan waktu) sehingga produktivitas tanah meningkat.
Lahan rawa sebagian besar terdapat di empat pulau besar di
luar Jawa, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta sebagian kecil di
Pulau Sulawesi. Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial
untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan khususnya padi.
Namun demikian pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Kendala utama
pengembangan usahatani lahan rawa lebak adalah genangan maupun kekeringan yang
belum dapat diprediksi. Selain tata air yang masih belum dikuasai, kendala lain
adalah gangguan hama dan penyakit, faktor sosial ekonomi. Kendala tersebut
dapat diatasi dengan penerapan teknologi yang tepat guna, di antaranya adalah
penggunaan varietas unggul yang adaptif dan teknologi penataan lahan.
Meskipun lahan rawa terdapat cukup luas, sumbangan lahan
rawa terhadap pengadaan produksi padi nasional masih kecil karena belum
dimanfaatkan secara intensif. Berbagai permasalah yang dihadapi dalam
pengembangan padi di lahan rawa sangat beragam, diantaranya 1) tingkat
kesuburan tanah beragam, 2) penerapan teknologi budidaya belum optimal, 3)
tersingkapnya lapisan pirit ke permukaan, 4) gambut dalam kondisi tebal dan
mentah, 5) cekaman air dan penyusupan air laut, 6) Serangan hama dan penyakit
tanaman. Selain aspek teknis, aspek nonteknis juga menjadi penghambat
pengembangan pertanian di lahan rawa, antara lain minimnya infrastruktur
seperti jalan dan transportasi, kelembagaan petani dan kelembagaan keuangan.
Kesimpulan
Tanaman padi
sawah cocok pada iklim berhawa panas dan banyak mengandung uap air dengan curah
hujan rata-rata 200 mm per bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Tanah
yang untuk pertumbuhan padi sawah dengan kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang
cukup serta pH tanah yang dibutuhkan berkisar antara 4-7.
Padi gogo tumbuh
baik di daerah dengan curah hujan 875- 1000 mm per 3,5 - 4 bulan.
Curah hujan tahunan sebesar 1000 mm atau 200 mm/bulan selama pertumbuhan cukup
memadai bagi tanaman padi gogo untuk berproduksi. Curah hujan kurang dari 200
mm/bulan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Adakalanya curah hujan harian
menjadi lebih penting dibandingkan curah hujan bulanan atau tahunan. Curah hujan
harian 200 mm menyebabkan tanaman mengalami stress karena kondisi lahan yang
terlalu lembab ( moisture stress), dan tanaman menderita kekeringan bila tidak
ada hujan selama 20 hari. Tekstur tanah bervariasi dari pasir sampai liat, pH
(kemasaman tanah) 3-10, kandungan bahan organik 1-50%, kandungan garam 0-1%,
dan ketersediaan nutrisi bervariasi dari defisiensi akut sampai berlimpah.
Tekstur tanah merupakan hal yang penting di areal pengembangan padi gogo yang
tidak punya pengikat untuk menahan kelembaban. Profil tekstur tidak hanya
dilapisan atas, tetapi juga di lapisan bawah.
Faktor air dan kesuburan tanah yang menjadi faktor pembatas
utama budidaya padi sawah di lahan rawa sehingga hasilnyapun rendah (3-4 ton
GKP/ha). Secara umum tanah rawa mempunyai pH rendah, kelarutan Fe,Al dan Mn
tinggi, ketersediaan unsure hara makro (N, P dan K) dan mikro rendah. Kendala
ini dapat diatasi dengan memberikan pembenah tanah (soil amelioration) seperti
kapur/dolomite, serta aplikasi pupuk N, P dan K dengan mengacu tiga tepat
(dosis, cara dan waktu) sehingga produktivitas tanah meningkat. Penentuan waktu
tanam yang tepat sangat penting agar tanaman terhindar dari genangan. Pada saat
curah hujan tinggi penurunan air terjadi secara lambat. Pada musim ini,
keterlambatan tanam beresiko saat panen akan terjadi genangan air yang tinggi.
Antisipasinya, diperlukan penggunaan varietas yang berumur pendek, agar pada
saat panen belum terjadi genangan air.